Senin, 28 Desember 2009

Dari Biasa Menjadi Berharga


Selamat datang di blog kami, disini anda akan mengetahui bagaimana sebuah cincin monel dibuat .
Tahukah anda bahwa cincin monel berbatu aquamarine sebelumnya merupakan secuil baja putih yang tidak terpakai alias barang rongsokan atau lebih halus lagi, barang limbah?..............
Sebelum cincin monel dapat dipakai dibutuhkan sebuah proses yang cukup panjang.
Dari membuat kerangka modelnya, biasa disebut ”lakaran” kemudian dibentuk dengan mengunakan bantuan mesin dinamo listrik berikut ”gerindanya”(semacam pisau bundar dari pasir besi yang dipres).
Langkah selanjutnya adalah membentuk/ mempolakan dasar cincin. Kalau pengrajin mebel menggunakan ”tatah” (alat pahat kayu) untuk mengukir kayu, Masyarakat lokal biasa menyebut proses membentuk dasar cincin ini dengan sebutan ”ngikir” karena memang menggunakan ”kikir” (alat pahat logam) berbagai bentuk, sesuai dengan kebutuhan.
Setelah dasar cicin terbentuk, proses selanjutnya adalah finishing. Yaitu menghilangkan bekas kikir tadi dengan menggunakan amplas, dari mulai yang kasar sampai yang halus. Tujuannya adalah agar mempermudah pada saat proses pengkilapan.
Semua proses pembuatan cincin dan kerajinan monel lain dari mulai membuat model sampai dengan finishing, menggunakan tangan. dari mulai ”ngikir”, ”ngamplas” sampai dengan pengkilapan cincin, dengan bantuan mesin dinamo listrik dan alat-alat maupun bahan- bahan pendukung lain.
Setelah cincin jadi mengkilap kemudian yang tak kalah penting adalah memasangkan batu akik atau batu permata ke cincin dan lagi-lagi masih menggunakan tangan. Dan akhirnya cincin monel berbatu permatapun siap dipakai atau dipasarkan.

Kalau anda berminat untuk mengetahui lebih dalam atau melihat proses ini secara langsung silakan kunjungi blog kami, atau kirim email ke ahris.78@gmail.com

THE LEGEND OF KARIMUNJAWA


Dari 16 Kecamatan di Kabupaten Jepara, ada satu kecamatan yang terpisah dari pusat kota, ya... Kecamatan Karimunjawa. Terdapat 27 pulau di Karimunjawa dan hanya 4 pulau yang baru di huni manusia, sisanya merupakan pulau yang tak berpenghuni.
Tak heran jika banyak investor asing yang tertarik untuk mengembangkan kawasan Karimunjawa sebagai daerah tujuan wisata bahari.
Buktinya berbagai fasilitas pariwisatapun dibangun di sana, seperti homestay, penginapan, perahu kaca, fasilitas diving hingga snorkling tersedia.
Konon ceritanya asal muasal Pulau Karimunjawa terkait erat dengan kisah hidup seorang putra wali bernama Amir Hasan yang merupakan salah satu anak dari Sunan Muria. Amir Hasan merupakan anak yang dimanja oleh ibunya, sehingga dalam perkembangannya cenderung nakal. Melihat hal itu kedua orang tuanya sepakat untuk mendidik Amir Hasan dengan disiplin yang sangat ketat agar tumbuh menjadi anak yang lebih bertanggung jawab. Ternyata hal tersebut malah menjadikan Amir Hasan semakin nakal dan sering mengganggu para santri dan tetangga.
Berharap agar kenakalan anaknya tidak semakin menjadi, maka kedua orang tuanya menitipkan Amir Hasan kepada pamannya yaitu Sunan Kudus.
Dibawah asuhan pamannya, Amir hanya menunjukkan perubahan menjadi pemuda yang baik dan taat menjalankan perintah agama. Melihat perkembangan yang baik itu kemudian Amir Hasan dikembalikan ke orang tuanya.
Merasa Amir Hasan sudah dewasa, Sunan Muria ingin agar Amir Hasan mengamalkan ilmu yang didapat selama diasuh sang paman. Kemudian Amir Hasan diperintahkan pergi ke suatu pulau yang kelihatan dari puncak gunung muria tampat seperti kremun-kremun alias tidak jelas.
Singkat cerita berangkatlah Amir Hasan ke sana dengan ditemani 2 orang abdi dan bekal 2 biji buah nyamplung untuk ditanam jika Amir Hasan sudah sampai ditempat tujuan, dan Mustaka masjid yang saat ini masih ada dalam komplek makam beliau. Meskipun perjalanan membutuhkan waktu yang cukup lama akhirnya sampailah Amir Hasan ditempat tersebut dan menetap disana. Kelak pulau yang belum memiliki nama itu akhirnya dinamakan Karimunjawa.

TELAGA SEJUTA AKAR


Satu lagi objek wisata alam di Desa Bondo Kabupaten Jepara di resmikan oleh Bapak Bupati Jepara akhir Oktober 2009 lalu. Adalah ”TELAGA SEJUTA AKAR” namanya. Sebuah objek wisata konservasi yang menyuguhkan eksotisme pepohonan karet alam yang berusia ratusan tahun dengan juntaian akarnya dan telaga yang mengelilingi pulau kecil memang memunculkan romantisme alam yang luar biasa. tidak membutuhkan waktu lama untuk mencapai lokasi ini, sekitar 20 menit dari jalan uatama jepara - pati. Menurut Pak Hadi Priyanto, pengelola telaga tersebut mengungkapkan bahwa walaupun objek ini terbilang baru dan belum begitu terkenal, kunjungan wisatawan ke kawasan tersebut semakin meningkat. Bukan saja dari Jepara tetapi juga dari Kudus, pati, Demak bahkan Semarang.
Di objek wisata ini disamping menawarkan keindahan alamnya, kawasan yang telah dihijaukan dengan 1000 pohon ini juga dilengkapi dengan kolam pemancingan ikan lele dan nila. ”ditelaga seluas 3000 M2 ini juga dikembangkan perbenihan nila bantuan dari Bank Jateng Jepara” ujar Pak Hadi.
Selain itu objek wisata ini juga didukung oleh sarana out bond. ”Untuk sementara out bond memang hanya di buka pada hari-hari tertentu atau berdsarkan pesanan” tambah Pak Hadi

ONE MAN ONE TREE (OMOT)


Sejak dicanangkan bulan februari 2009 lalu, gerakan penanaman pohon “One Man One Tree” satu orang satu pohon, ternyata mendapat sambutan positif dari masyarakat. Sampai dengan bulan juli tercatat telah dilakukan penanaman sebanyak 177.875 pohon yang terdiri dari Jati, Mohoni, Mindi, Sengon dan Akasia.
Menurut Pak Hendro (Bupati Jepara) dalam dialog interaktif di Radio Kartini FM Jepara Rabu malam (19/8/2009), jumlah tersebut berdasarkan laporan dari 62 desa dari 132 desa se kabupaten Jepara, jadi jumlah riilnya pasti akan lebih banyak lagi.
Antusiasme masyarakat dalam menyambut program ini mendapat apresiasi dari Pak Bupati. Dari data yang masuk tercatat hampir semua elemen masyarakat terlibat dalam program ini, warga kelompok tani, Wapalhi, pelajar, pramuka, mahasiswa, pondok pesantren, pemerintah, kepolisian dan masih banyak lagi.
Menurut Pak Bupati, setiap pohon yang kita tanam dan kita pelihara sampai besar, nantinya akan menjadi penyerap air hujan, sehingga potensi banjir dapat dikurangi, sehingga “setiap kali turun hujan, maka tidak semua airnya menguap dan mangalir langsung ke laut” terangnya.
Untuk memaksimalkan fungsi ini, masyarakat diminta tidak menebang tegakan (pohon) yang telah ditanam. ”setidaknya biarkan pepohonan itu tumbuh besar dulu dan baru ditebang setelah kita menanam pohon pengganti.
“Dampak atas degradasi lingkungan saat ini sudah sangat terasa,”kata Pak Bupati sambil mencontohkan kegiatan rapat di Pendopo Kabupaten Jepara. Sebelumnya kondisi suhu ditempat tersebut terasa nyaman. “tapi sekarang sudah terasa panas terutama untuk rapat siang hari yang diikuti banyak peserta” katanya.
Pasca penjarahan lingkungan beberapa tahun lalu, jumlah kerusakan lahan di Jepara mencapai 47.000 Ha lebih. Agar kerusakan ini bisa diperbaiki, peran serta semua eleman masyarakat sangat dibutuhkan.
“Manfaatkan sekecil apapun lahan yang kita miliki untuk melakukan penghijauan. Tak hanya lahan kritis namun juga lahan pekarangan kita”lanjutnya lagi

UKIR JEPARA UNTUK DUNIA


Mendengar kata “JEPARA” yang terlintas di benak kita adalah Kerajinan Seni Ukirnya yang telah termasyur hingga penjuru dunia baik Asia, Eropa dan Amerika merupakan daerah tujuan ekspornya.
Tahukah anda bahwa seni ukir jepara telah ada sejak jaman pemerintahan Ratu Kalinyamat. Pada masa itu ada seorang patih yang bernama Patih Bandarduwung yang sangat ahli dalam seni pahat. Sisa-sisa peninggalannya masih dapat kita jumpai di komplek masjid dan makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, Mantingan, Jepara
Adapula kisah yang menceritakan asal muasal seni ukir di Jepara.
Pada masa Raja Brawijaya, hiduplah seorang ahli seni pahat bernama Resi Prabangkara pada suatu ketika, sang permaisuri memohon kepada raja untuk membuatkan sebuah patung dirinya. Maka sebagai ungkapan cintanya kepada permaisuri permohonannyapun akhirnya dikabulkan.
Kemudian raja memerintahkan Resi Prabangkara untuk membuatkan patung permaisuri sesuai apa yang dikehendaki.
Singkat cerita patungpun jadi,
fantastis……. Patung itu benar-benar mirip sang permaisuri, sampai-sampai rajapun dibuat kagum karenanya. Kemudian raja menyuruh permaisuri untuk memeriksannya, apa memang patung tersebut sudah sesuai dengan aps yang diinginkannya. Betapa terkejutnya permaisuri melihat ada sebuah tanda alami dipatung tersebut yang sama persis bentuk dan posisinya dengan yang dipunyai olehnya. Padahal posisi tanda tersebut tidak pernah diceritakan kepada Resi Prabangkara sebelumnya. Melihat itu sang raja marah dan mengusir Resi Prabangkara dari wilayahnya dan membuag palu dan tatahnya (martil dan pahat) disebuah tempat, yang konon di suatu desa dengan nama
Belakang Gunung di dekat kota jepara.
Akhirnya sekarang ini didesa tersebut banyak terdapat pengrajin ukir yang berkualitas. Apakah memang seperti itu kejadiannya? Ternyata tidak ada data sejarah pendukungnya.
Seni ukir jepara beserta mebelnya pernah merasakan jaman keemasan. Pada pertengaham Tahun 1997, dikala banyak sektor mengalami krisis moneter (Krismon) Jepara justru meningkatkan produksi, karena kebanjiran order mebel. Tapi jaman keemasan itu telah berlalu, meubel jepara sudah mulai sepi order, banyak gudang produksi yang tutup, ada yang alih fungsi, ada yang disewakan bahkan ada yang dijual. Tulisan For Rent, For Sale banyak menggantung didepan gudang-gudang bekas mebel tersebut.
Walaupun begitu Jepara sampai sekarang masih mengandalkan sektor ukir kayu ini sebagai salah satu komoditas unggulan yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan mampu menjanjikan lapangan kerja

“TORCH WAR” ( PERANG OBOR )


Setiap Pemimpin pasti ingin rakyatnya hidup tentram, damai, aman, sehat dan makmur. Adalah "Sedekah Bumi" yang dianggap merupakan manifestasi dari rasa kesyukuran terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia, nikmat dan rejeki yang telah dilimpahkan, sehingga seluruh rakyat hidup dalam kondisi yang terbaik.
Adat istiadat sedekah bumi di masing-masing desa tentulah berbeda, tergantung kebiasaan dan musyawarah warga.
Yang paling lazim, sedekah bumi dirayakan dengan syukuran tumpengan dan pagelaran wayang kulit.
Tetapi seiring perkembangan jaman serta pengaruh agama islam, maka sedekah bumi sekarang ini tidak hanya dirayakan dengan pagelaran wayang kulit saja, akan tetapi mulai ada yang dirayakan dengan Pembacaan Sholawat masal ataupun pengajian umum.
Nah….. di Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah, ada sebuah tradisi unik dalam merayakan sedekah bumi yaitu
“TORCH WAR” (PERANG OBOR)
Perang obor atau masyarakat lokal menyebutnya dengan obor-oboran dilaksanakan setiap tahun sekali, tepatnya pada hari
Senin Pahing malam Selasa Pon di bulan Dzulhijjah.
Konon ceritanya Upacara Perang Obor ini didasarkan atas kejadian peperangan antara Kyai Babadan dengan Ki Gemblong yang merupakan penggembala ternak dari Kyai Babadan. Karena kelailaian Ki Gemblong, ternak tersebut banyak yang sakit dan bahkan sudah ada yang mati. Melihat kejadian itu Kyai Babadan marah dan meminta pertanggungjawaban dari Ki Gemblong. Ki Gemblong yang sedang asyik membakar ikan dan udang hasil tangkapannya langsung dihajar oleh Kyai Babadan menggunakan obor dari pelepah kelapa, Ki Gemblong pun melakukan perlawanan dengan menggunakan obor pelapah kelapa juga. Percikan api yang terjadi membakar tumpukan jerami disebelah kandang. Api yang berkobar mengakibatkan sapi dan kerbau di kandang berlarian, baik yang sehat maupun yang sakit dapat pula melarikan diri.
Dari kejadian tersebut masyarakat setempat menganggap ini sebuah mukjizat, bahwa adanya perang obor segala penyakit akan sembuh.
Sekarang ini Upacara Perang Obor ini dilaksanakan oleh beberapa orang yang biasa disebut oleh masyarakat lokal sebagai “PENDEKAR”.
perang obor ini menggunakan media berupa gulungan pelepah pohon kelapa beserta daunnya yang sudah mengering sebanyak 2 sampai dengan 3 buah, yang didalamya diisi dengan daun pisang yang sudah mengering pula.
Saat upacara dimulai, obor yang telah dibuat tadi dinyalakan kemudian digunakan oleh masing-masing “pendekar” untuk saling menyerang, hingga sering terjadi benturan obor yang menimbulkan percikan api, serpihan dari pelepah kelapa yang telah terbakar.
Bagi yang terkena obor diobati dengan air yang telah dijampi-jampi sebelumnya.
Karena keunikan dari upacara sedekah bumi ini, setiap tahunnya banyak mesyarakat yang datang untuk melihat. Tidak hanya dari warga setempat melainkan masyarakat sekitarpun tertarik untuk menyaksikannya

Kerajinan Monel Dari Jepara Untuk Dunia


Kerajinan monel telah menjadi ikon Jepara, selain kerajinan ukir kayu dan kain troso, yang telah dikenal tidak hanya di dalam negeri, tetapi bahkan sampai ke manca negara.
Berbagai macam bentuk pernak-pernik bahkan perhiasan yang berbahan monel banyak diminati oleh masyarakat domestik maupun manca negara.
Mulai dari cincin, gelang, kalung, giwang, pembersih telinga, kerokan dan masih banyak lagi.
Ada yang harganya murah ada juga yang sampai jutaan tergantung jenis, model dan asesoris apa yang dipadukan dengan”nya”.
Ada juga yang menyebut monel sebagai baja putih, karena memang kekuatan monel seperti baja, tahan terhadap karat dan tidak pula mengakibatkan alergi pada kulit.
Mitos yang berkembang di masyarakat lokal menyebutkan bahwa, pemakaian gelang, kalung atau cincin yang terbuat dari monel dapat membantu terapi penyembuhan penderita step,
khususnya bagi anak-anak balita.
Dari sebuah desa kecil, 19 km di selatan Kota Jepara, kerajinan monel diproduksi secara
"HAND MADE"
Dahulu seluruh pekerjaan pembuatan kerajinan ini menggunakan tangan, tanpa bantuan mesin.
Karena permintaan pasar meningkat, para pengrajin kemudian berinovasi dengan menggunakan bantuan mesin (dinamo listrik)untuk proses finishingnya.
Pemasarannya pun terbilang mudah, ada yang menggelar dagangannya dilapak-lapak pasar tradisional, seperti bisa ditemui di lantai 2 pasar kliwon kudus, pasar johar semarang, plataran simpang lima semarang (tiap malam minggu), bahkan ada juga yang sudah masuk di outlet supermarket-supermarket ternama. Pasar seni sukowati di pulau Bali juga banyak, Jakarta, Medan dan kota-kota lain. Khususnya di Pulau Bali merupakan jendela go internasionalnya monel ke manca negara. Karena kita tahu bahwa bali merupakan daerah tujuan wisman yang paling dikenal di luar negeri